Menemukan Kembali Tuhan yang Sempat Hilang (Tinjauan Fisika Modern dan Paham Sufistik)
Paham rasionalisme dan
materialisme belakangan berpengaruh besar terhadap peradaban modern. Pengaruh ini
tampak jelas pada tergesernya nilai-nilai religius dan realitas metafisik ke
pinggiran kesadaran manusia modern, yang telah menimbulkan krisis spiritual
manusia modern.
Paham rasionalisme menempatkan
rasio/akal sebagai ukuran mutlak apakah sesuatu itu bersifat riil (nyata) atau
hanya sebuah halusinasi (khayalan). Sedangkan pengaruh materialisme dapat
terlihat dari pemihakan sains modern terhadap hal-hal yang bersifat
positivistik. Sebuah disiplin ilmu baru dikatakan saintifik, bila objek-objeknya
bersifat empiris (dapat diujicobakan) sehingga bisa diukur dan diobservasi
secara inderawi.
Segala sesuatu yang tidak masuk akal (irrasional) dan tidak
dapat diukur secara inderawi yang justru banyak kita temukan dalam agama
cenderung ditolak dan disebut hanya sebagai sebuah ilusi atau halusinasi. Wahyu
yang pada dasarnya diterima melalui intuisi (hati), ditolak otoritasnya oleh
masyarakat modern karena tidak dapat dicapai oleh inderawi. Bahkan, Nabi dan
Rasul sering dianggap sebagai orang yang mengalami gangguan jiwa.
Kedua paham ini pada gilirannya
menghilangkan kepercayaan masyarakat modern terhadap entitas (keberadaan)
Tuhan. Tuhan kemudian menghilang dalam kehidupan mereka. Bahkan berdasarkan
survei yang dilakukan akhir-akhir ini, lebih dari 60% fisikawan dunia adalah
ateis (tidak bertuhan).
Lihatlah bagaimana Charles Darwin
dalam Otobiografinya secara terang-terangan menyatakan bahwa dirinya telah
kehilangan kepercayaan terhadap agama kristen sebagai agama wahyu. Lihat pula
pernyataan Sigmund Freud “ daripada menyembah tuhan yang diciptakan oleh
pikiran manusia, lebih baik kita hadapi dunia dengan gagah dan rasional.”
Jika ditelusuri, kedua paham ini
berakar pada pandangan Descartes dan Sir Isaac Newton yang terkena; dengan
paradigma Cartesian-Newtonian. Penemuan terkenal Newton tentang hukum mekanik “mechanistic
determinism” saat itu, telah mampu membuka rahasia kerja alam.
Semua hukum alam
yang terjadi dapat ditentukan dan dijelaskan secara sempurna dengan hukum
mekanika Newton. Sehingga peran Tuhan dianggap tidak begitu penting.
Dari paham ini muncullah kemudian
paham Deisme yang menyatakan bahwa setelah penciptaannya oleh Tuhan, alam telah
lepas tangan. Muncul pula paham Naturalisme yang memandang
alam bebas dari campur tangan Illahi. Bahkan alam kerap dipandang telah
menciptakan dirinya sendiri (self generating) dan beroperasi dengan sendirinya
(self operating). Contoh yang mewakili barangkali pernyataan Darwin bahwa, “setelah
ditemukan hukum seleksi alam, kita tidak pernah lagi beranggapan bahwa engsel
kerang yang indah itu mesti ciptaan Tuhan.” Kerang harus bermutasi terlebih
dahulu menjadi bentuk seperti sekarang agar bisa "survive” dan bukan karena
campur tangan Illahi. Dan Tuhan pun sekali lagi benar-benar telah hilang.
Namun seiring dengan ditemukannya
penemuan-penemuan baru dalam bidang fisika “The New Physics” yang digagas oleh
Albert Einstein dan Heisenberg yang dikenal dengan teori relativitas dan
prinsip ketidakpastian. Maka hukum mekanika Newton mulai mendapatkan guncangan besar.
Pandangan dunia mekanistik yang
percaya bahwa hukum alam yang ditemukan di alam semesta berlaku dengan pasti
dan dapat ditentukan tidak benar seluruhnya. Karena pada level sub atomik yang
dominan justru hukum relativistik dan ketidakpastian Einstein dan Heisenberg.
Penemuan-penemuan di bidang
fisika baru atau fisika modern ini ternyata menyadarkan banyak fisikawan
kontemporer akan terbatasnya kekuatan dan jangkauan riset fisik. Sehingga menimbulkan
teka-teki atau paradoks yang sulit sekali dipecahkan. Para ahli fisika
kontemporer kemudian mulai melirik paham sufistik untuk menjelaskan paradoks
ini.
Wawasan ahli sufi seperti yang diwakili
oleh Jalaluddin Rumi, Ibnu ‘Arabi, dan al-Gazali telah banyak memberikan
penjelasan yang mencerahkan bagi fisikawan kontemporer. Mereka mampu membuka
pintu Ilmu pengetahuan Tuhan dan realitas keberadaan Tuhan. Rumi misalnya
mengatakan: “setiap saat dunia selalu diperbaharui, tetapi kita tidak
menyadarinya.” Siapa yang memperbaharuinya? Tentunya Tuhan Allah SWT sang Maha
Pencipta
Tuhan pun akhirnya ditemukan kembali.
Wallahu ‘Alam Bishshawab.
Daftar Pustaka:
Hines, Brain.1996. God’s Whisper, Creation’s Thunder. Vermont:
Threshold Books
Purwadianto, Agus. Et. Al. 2014. Jalan Paradoks. Jakarta: Teraju
Zohar, Danah dan Ian Marshal. 2001.
Memanfaatkan Kecerdasan Spiritual dalam
Berpikir Integralistik dan Holistik untuk Memaknai Kehidupan. Bandung :
Mizan
Silakan Baca Juga Artikel Terkait!
Menemukan Kembali Tuhan yang Sempat Hilang (Profesor Jeffrey Lang, Ahli Matematika Seorang Atheis yang Menemukan Tuhannya)
Dibalik keajaiban Air Doa
Silakan Baca Juga Artikel Terkait!
Menemukan Kembali Tuhan yang Sempat Hilang (Profesor Jeffrey Lang, Ahli Matematika Seorang Atheis yang Menemukan Tuhannya)
Dibalik keajaiban Air Doa
0 Response to "Menemukan Kembali Tuhan yang Sempat Hilang (Tinjauan Fisika Modern dan Paham Sufistik)"
Posting Komentar