Menemukan Kembali Tuhan yang Sempat Hilang (Profesor Jeffrey Lang)
Pada tulisan sebelumnya Menemukan Kembali Tuhan yang Sempat Hilang (Tinjauan Fisika Modern dan faham Sufistik) saya telah memaparkan bahwa munculnya fisika modern terutama teori relativitas dan fisika kuantum telah membawa perubahan pada paradigma masyarakat akan kehadiran Tuhan. Termasuk pada diri ilmuwan-ilmuwan barat. Kajian tentang al-Quran dan tentunya Hidayah dari pemilk al-Quran telah memaksa ilmuwan-ilmuwan barat mengakui keberadaan Tuhan, salah satunya adalah Prof.
Dr. Jeffrey Lang seorang dosen
dan peneliti bidang Matematika di Universitas Kansas, salah satu universitas
terkemuka di Amerika Serikat.
Perkenalannya dengan al-Quran melalui perantara salah satu mahasiswa bimbingannya di kampus University of San Fransisco, AS, telah membuka hatinya untuk menemukan Tuhannya yang sempat hilang.
Prof. Dr. Jeffrey Lang, nama lengkapnya. Sehari-hari dia
bekerja sebagai dosen dan peneliti bidang Matematika di Universitas Kansas,
salah satu universitas terkemuka di Amerika Serikat. Gelar master dan doktor
matematika diraihnya dari Purdue University tahun 1981. Prof. Jeffrey
dilahirkan dalam sebuah keluarga penganut paham Katolik Roma di Bridgeport,
Connecticut pada 30 Januari 1954.
Pendidikan dasar hingga menengah dijalani di sekolah
berlatar Katolik Roma. “Hampir 18 tahun lamanya kuhabiskan masa kecil di
sekolah yang berlatar belakang ajaran Katolik. Selama itu pula aku menyisakan
banyak pertanyaan tak berjawab tentang Tuhan dan filosofi ajaran Kristen,”
tutur dia.
Jeffrey, dalam catatan hariannya tentang perjalanannya
mencari Islam, menulis:”Seperti kebanyakan anak-anak lain di kisaran tahun
1960-an hingga awal 1970-an kulewati masa kecil yang penuh keceriaan. Bedanya
pada masa itu aku sudah mulai banyak bertanya-tanya tentang nilai-nilai
kehidupan, baik itu secara politik, sosial dan keagamaan. Aku bahkan sering
bertengkar dengan banyak kalangan, termasuk di dalamnya pemuka gereja Katolik.”
Beranjak remaja, di usianya yang ke-18, Prof. Jeffrey
mengaku sudah jadi atheis alias tak percaya lagi adanya tuhan. “Jika Tuhan itu
ada, dan Dia punya belas kasih dan sayang, lalu kenapa ada begitu banyak
penderitaan di atas bumi ini? Kenapa Dia tidak masukkan saja kita semua ke
dalam syurga? Kenapa juga dia menciptakan orang-orang di atas bumi ini dengan
berbagai penderitaan?” kisah Jeffrey muda tentang kegelisahan hatinya kala itu.
Selama bertahun-tahun pertanyaan-pertanyaan seperti itu terus menggelayuti
pikirannya.
Akhirnya Prof. Jeffrey mendapatkan jawaban awal di kota San
Francisco. Ceritanya, saat itu dia diangkat sebagai salah seorang asisten dosen
di Jurusan Matematika, Universitas San Francisco. Jeffrey menemukan Tuhan itu
ada dan nyata dalam kehidupan ini. Tapi bagaimana cara dia menemukannya?
Ternyata petunjuk itu didapatnya dari beberapa mahasiswanya yang beragama Islam!
“Saat pertamakali memberi kuliah di Universitas San
Francisco, aku ketemu dengan seorang mahasiswa muslim yang mengambil mata
kuliah Matematika. Akupun langsung akrab dengan mahasiswa ini, begitu pula
dengan keluarganya. Agama, saat itu belum jadi topik perbincangan kami, hingga
satu ketika aku diberi hadiah sebuah kitab suci Alquran,” cerita dia.
Mahmoud Qadeel, nama mahasiswa tersebut. Dia berasal dari
Arab Saudi. Mahmoud, cerita Prof Jeffrey, telah memberi banyak masukan baginya
tentang hal ihwal Islam. Menariknya, semua diskusi mereka menyangkut dengan
sains dan teknologi. “Aku pernah diskusi dengan Mahmoud tentang riset
kedokteran dan dia menjawab dengan sempurna sekali. Bahasa Inggrisnya juga
bukan main. Aku dibuat terpana oleh Mahmoud, yang di negaranya adalah seorang
mayor polisi,” lanjut Prof. Jeffrey kagum.
Perkenalannya dengan al-Quran
Satu ketika, berlangsung acara perpisahan. Semua dosen dan
mahasiswa turut hadir dalam acara yang diadakan di sebuah tempat di luar kampus
itu.”Aku benar-benar terkejut saat Mahmoud memberiku hadiah sebuah mushaf
Alquran. Mahmoud juga menghadiahiku beberapa buku Islam,” kata Prof. Jeffrey.
Atas inisiatifnya sendiri, dia pun mempelajari isi Alquran
itu. Bahkan buku-buku Islam tersebut dibacanya hingga tuntas. Dia mengaku kagum
dengan Alquran. Dua juz pertama dari Alquran yang sempat dipelajarinya telah
membuat dia bagai terhipnotis.
“Tiap malam muncul beraneka macam pertanyaan dalam diriku.
Tapi entah kenapa jawabannya segera kutemukan esok harinya. Seakan ada yang
membaca pikiranku dan menuliskannya di setiap baris Alquran. Aku seakan
menemukan diriku di tiap halaman Alquran…,” tukas Jeffrey lagi.
Bersyahadah di mushallah kampus
“Sekitar tahun 80-an belum banyak pelajar muslim yang studi
di Universitas San Francisco. Waktu itu bisa jumpa dengan mahasiswa Islam
sangat surprise,” aku Prof. Jeffrey.
Ada cerita menarik tatkala dia sedang menelusuri kampus,
secara tak terduga aku menemukan sebuah ruangan kecil di lantai bawah sebuah
gereja. “Rupanya ruang itu dipakai oleh beberapa mahasiswa Islam untuk shalat
lima waktu,” lanjut dia lagi.
Kepalanya dipenuhi tanda tanya dan rasa ingin tahunya
membuncah. Dia pun bersegera masuk ke tempat shalat tersebut. Waktu itu pas
masuk waktu shalat zuhur dan dia pun diajak untuk ikut shalat oleh para mahasiswanya.
Dia berdiri persis di belakang salah seorang mahasiswa dan mengikuti setiap
gerakannya. Air matanya terlihat menetes.
“Kami berdiskusi tentang masalah agama. Aku utarakan semua
bertanyaan yang selama ini tersimpan dalam kepalaku. Dan, sungguh luar biasa,
aku benar-benar terkejut sekali dengan cara mereka menjelaskan. Masuk akal dan
mudah dicerna. Ternyata jawabannya ada dalam ajaran Islam,” tutur dia. “Tahu
tidak, setelah keluar dari mushallah itu, aku telah mengucapkan dua kalimah
syahadah!,” tutur Prof Jeffrey.
Kenapa kita shalat, Ayah?
Prof Jeffrey secara rutin menunaikan shalat lima waktu dan
merasakan ketentraman jiwa luar biasa. Shalat subuh, seperti diakuinya, adalah
salah satu ritual yang sangat indah dalam Islam dan dia merasakan kesan
mendalam dari shalat subuh.
Satu hari Jeffrey ditanya oleh Jameelah, anak perempuannya
yang kala itu berumur delapan tahun, selepas dia shalat Zuhur. “Ayah, kenapa
kita harus shalat?,” tanya anaknya polos.
“Aku terhenyak dengan pertanyaannya. Aku benar-benar tidak
mengira seorang anak berumur delapan tahun akan bertanya seperti itu. Ingin
kuceritakan padanya bagaimana kelebihan dan kenikmatan shalat. Tapi apa dia
bisa mengerti? Akhirnya kujawab bahwa kita shalat karena itu perintah Allah,”
tukas sang professor.
“Tapi ayah, apa yang bisa kita peroleh dengan shalat?,”
tanya sang anak lagi masih penasaran.”Anakku, hal ini masih sulit untuk kamu
pahami. Satu hari nanti, jika kamu sudah istiqamah dengan shalat lima waktu,
ayah yakin kamu pasti akan dapatkan jawabannya,” pungkas Prof Jeffrey bijak.
“Apakah shalat bisa bikin kita bahagia ayah?.” lanjut
Jameelah kecil.
“Sayangku, shalat adalah salah satu obat penenang jiwa.
Sekali kita bersentuhan dengan kasih sayang Allah di dalam shalat, maka itulah
kenikmatan yang luar biasa. Satu waktu, selepas lelah sehabis kerja, ayah
merasakan semua rasa lelah itu hilang saat mengerjakan shalat,” imbuhnya lagi
meyakinkan sang anak.
Itulah kisah sang profesor yang juga meraih karir bagus di
bidang matematika. Dia mengaku sangat terinspirasi dengan matematika.
“Matematika itu logis dan berisi fakta-fakta berupa data real untuk mendapatkan
jawaban konkret,” tutur dia.
“Dengan cara seperti itulah aku bekerja. Adakalanya aku
frustrasi ketika ingin mencari sesuatu tapi tidak mendapat jawaban yang
konkret. Islam, bagiku, semuanya rasional, masuk akal dan mudah dicerna,”
tukasnya.
Prof Jeffrey saat ini ditunjuk oleh fakultasnya sebagai
pembina organisasi Asosiasi Mahasiswa Islam guna menjembatani para pelajar
muslim dengan universitas. Tak hanya itu, dia bahkan ditunjuk untuk memberikan
mata kuliah agama Islam oleh pihak rektorat.
Prof Jefrey menikah dengan seorang perempuan Arab Saudi
bernama Raika tahun 1994. Mereka dikaruniai tiga buah hati yakni Jameelah,
Sarah dan Fattin. Jeffrey juga penulis buku yang handal. Selain ratusan artikel
ilmiah bidang matematika, dia juga telah menulis beberapa buku Islam yang
menjadi rujukan komunitas muslim Amerika. “Even Angels ask; A Journey to Islam
in America” adalah salah satu buku best sellernya. Dalam buku itu dia menulis
kisah perjalanan spiritualnya hingga memeluk Islam.
dikutip dan diadaptasi dari http://www.kisahmuallaf.com
Silakan baca juga artikel terkait!
Silakan baca juga artikel terkait!
0 Response to "Menemukan Kembali Tuhan yang Sempat Hilang (Profesor Jeffrey Lang)"
Posting Komentar