From Zero to One Thousand (Dari Nol Menuju Seribu Pembaca)
Berawal dari modem pinjaman adik iparku, pengalamanku ngeblog
dimulai. Alhamdulillah Allah SWT tidak pernah inkar akan janji-Nya bagi siapa
saja yang membantu kesulitan saudaranya, maka Allah SWT akan menghilangkan
kesulitannya. Hal ini juga berlaku pada diriku. Niatku membantu saudaraku dalam
penyelesaian penyusunan tesisnya berbuah modem gratis plus kuota internet
gratis. Benarlah kata pepatah: makanan, minuman atau apapun itu yang paling
enak dan nikmat adalah yang didapat tanpa pengorbanan sama sekali alias
gratisan. Benar pula janji Allah SWT siapa saja yang sedekah baik harta, tenaga
maupun pikiran dengan ikhlas, maka Allah SWT akan menggantinya dengan berlipat
ganda. Ya, pengorbananku yang sedikit hanya sekedar menyelesaikan perhitungan
analisis hasil penelitian menggunakan aplikasi SPSS dan mencari jurnal
berbahasa inggris berbalas sesuatu yang begitu besar manfaatnya bagiku kelak.
Awalnya iseng saja. Berbekal sebuah akun google dan alamat email serta
panduan dari mbah google, aku coba membuat sebuah blog gratis berlabel
blogger. Lagi-lagi gratis menjadi pilihanku bukan saja karena rasanya nikmat
tapi juga karena memang tak ada jatahku untuk membeli website berbayar. Tidak
butuh waktu lama untuk menyelesaikan prosesnya. Tidak lebih dari 15 menit
sebuah alamat blog telah aku miliki. http://shareilmumanfaat.blogspot.co.id itulah alamat blogku dan dengan judul yang hampir sama “Berbagi
Ilmu”. Bukan tanpa alasan pengambilan nama tersebut terinspirasi dari sabda
junjunanku Rasulullah SAW: berbagi ilmulah walaupun hanya satu ayat, satu kata
atau bahkan satu huruf.
Tanggal 12 bulan Maret tahun 2015 pukul 10 Pagi, seorang guru
kampung bau lisung pengajar di madrasah kampung pula telah dengan bangga
mengikrarkan diri menjadi guru melek internet. Guru go blog (maksudnya guru goes
to blog) yang diidam-idamkannya kini tersemat dengan gagah di atas dada
kirinya. Bagi Anda mungkin peristiwa ini tidak penting, sampah, dan tentu tidak
istimewa. Tapi bagiku hal ini bukan sekedar blog tapi juga sebuah identitas
kemajuan seorang guru kampung, kebanggaan dan gengsi di tengah kejumudanku.
Masalah kemudian muncul. Laksana rumah tak berpenghuni siapa yang
sudi berkunjung. Hanya orang gila, tuna wisma, kuntilanak, tuyul, dedemit dan
makhluk metafisik lainnya yang senang dan sudi berkunjung. Begitulah gambaran
blogku. Siapa pula yang akan berkunjung kalau tak ada satu pun tulisan tersaji
di sana.
Masalahnya bukan tidak mau menulis. Tapi apa yang akan aku tulis.
Tak banyak pengalamanku di bidang ini bahkan mungkin bisa dibilang tidak ada
sama sekali. Aku limbung. Mungkin aku memang harus selamanya jadi guru kampung
yang tak pernah kenal dengan dunia blog, miskin karya, papa kretifitas, dan
hanya mengandalkan pengalaman dan ilmu yang seadanya. Pengalamanku sedikit
sekali, seingatku hanya sebuah skripsi yang merupakan persembahan terindahku
untuk orang tua, dosen pembimbing, dan dosen penguji yang membawaku mendapat
gelar sarjana pendidikan. Itu pun bukan sepenuhnya hasil tulisanku. Hampir
seluruhnya berisi kutipan. Hanya satu dua paragraf berupa simpulan atau
tanggapan yang merupakan buah pikiranku. Tulisan lainnya hanya sekedar
corat-coret di secarik kertas tempat aku mencurahkan segala keluh kesah,
perasaan kecewa tidak dapat juara umum di sekolah, gembira menjadi juara pidato
se kecamatan, galau karena pernah patah hati, malu ketahuan bolos mengaji
gara-gara nonton piala dunia, resah karena wesel belum juga dikirim, tertawa
terbahak-bahak karena tragedi jengkol dan pete, dan sejuta perasaan lainnya.
Itu pun sudah lama sekali, terakhir kali aku sempat menulisnya 12 tahun yang
lalu saat di pondok dulu. Dan pengalaman yang mungkin paling membanggakan
adalah saat MTs dulu juara mengarang porseni tingkat KKM MTsN Sangkanurip. Paling
tidak itulah prestasi terbaik sepanjang hidupku dibidang tulis menulis. Tapi
itu tidak cukup menolongku.
Akhirnya setelah lama memeras otak dan mengacak-acak buku, tulisan
pertamaku selesai aku buat. Judulnya Mendidik anak dengan perkataan bijak. Inspirasinya
aku peroleh setelah selesai membaca novel Ayah karya Andrea Hirata. Tidak ada
yang istimewa dengan tulisan ini hanya kesimpulan yang saya ambil dari isi
novel ditambah pengetahuan sedikit tentang psikologi pendidikan. Saya pun tidak
merekomendasikan anda untuk membacanya. Tak dinyana respon publik luar biasa. Ada
sekitar sepuluh orang yang membaca tulisan ini termasuk saya sendiri. Terhitung
tiga kali saya membaca maha karyaku ini. Anda tentu bisa menghitung sendiri
hanya tujuh orang tepatnya yang membaca master pieceku ini. Bagi Anda
angka tujuh mungkin angka yang sangat rendah untuk ukuran statistik pembaca
dalam sehari. Tapi bagiku angka tujuh adalah angka maha agung.
Tujuh orang pembaca tadi menjadi pelecut semangatku untuk terus
berkarya. Tak peduli tanggapan mereka setelah membaca tulisanku. Mungkin ada
yang bilang sampah, amatir, atau lebay. Aku sama sekali tak peduli. Tulisan
kedua pun tersaji. Judulnya Botram antara tradisi dan sunah rasul. Tulisan ini
dibuat terinspirasi dari pengajian di madrasah. Saat itu anak-anak sedang
membahas sebuah hadis Rasulullah SAW yang membahas keberkahan makan bersama.
Botram sendiri adalah istilah sunda untuk makna yang sama. Alhamdulillah ada
sedikit peningkatan statistik pembaca. Setidaknya ada sekitar 27 orang berkenan
membaca tulisan ini.
Semangatku semakin mengebu. Empat hari berturut-turut aku berhasil
merampungkan empat buah tulisan. Orang Baik Jangan Bilang Anjing judul
tulisanku selanjutnya. Pada tulisan ini aku beberkan fakta mengelitik
berdasarkan pengalaman pribadi tentang betapa kata “Anjing” merupakan hal yang
tabu diucapkan khususnya di sebagian besar wilayah sunda. Sebanyak 42 orang
melihat tulisan ini. Tulisanku selanjutnya berjudul Di balik Keajaiban Air Doa.
Tulisan ini berisi fakta ilmiah tentang keajaiban air yang didoakan. Alhamdulillah
28 orang sudi membaca tulisan ini. Tulisan selanjutnya berjudul Subhanallah! Semutpun melakukan Thawaf. Tulisan ini dibuat berdasarkan pengalaman pribadi yang
aku alami beserta anak didikku. Responnya sesuai judulnya Subhanallah 65 pemirsa
membaca tulisan ini. Ini mungkin tulisanku yang paling banyak dibaca sampai
saat itu. Mengantri menunjukkan keshalehan Seseorang merupakan judul tulisanku
selanjutnya. Keprihatinanku atas kondisi bangsa ini yang sebagian besar sulit
sekali mengantri menjadi landasanku menulis tulisan ini. Data statistik
menunjukkan bahwa ada sekitar 64 orang yang membaca tulisan ini. Total sampai
hari ke-6 setidaknya ada sekitar 200 orang berkunjung ke blogku. Alhamdulillah.
Bukan bermaksud sombong atau tinggi hati. Apa yang bisa aku sombongkan. Angka
200 tidak ada artinya dibandingkan tulisan orang lain yang dalam sehari bisa
dibaca oleh lebih dari seribu orang. Ini hanya ungkapan syukur seorang guru
lugu yang berhasil membuat blog dan tulisan seadanya kemudian dibaca oleh
sejumlah orang.
Penyakit lamaku kambuh lagi. Sifat bosan dan tidak istiqomah
merupakan penyakit kambuhan yang aku derita. Tak jarang banyak pekerjaanku
tidak maksimal bahkan tidak selesai karena penyakit akutku ini. Termasuk dalam
menulis. Tiga hari berikutnya aku mulai malas membuat tulisan. Selain itu
pikiranku pun beku. Tak ada ide sama sekali untuk menulis.
Dan untuk menjaga blogku tetap hidup aku posting beberapa file soal dan pembahasan mata pelajaran IPA. Lucu juga sebagai guru IPA justru jarang
sekali aku memposting tulisan yang berhubungan dengan profesiku. Alhamdulillah
justru dari memosting file ini aku bisa mendapat ilmu baru. Aku jadi bisa
menyimpan file di google drive kemudian bisa memostingnya di blog yang bisa
langsung diunduh oleh pembaca. Lagi-lagi mbah google dan orang-orang yang ada
di dalamnya datang menjadi penolongku. Terkadang aku jadi malu pada diriku
sendiri. Saat orang dengan ikhlas berbagi ilmu, aku seorang guru masih hitung-hitungan
dengan bayaran dari pemerintah.
Tiga hari kemudian aku baru bisa menyelesaikan sebuah tulisan.
Tulisan berjudul Memahami untuk Mencintai dibuat sebagai bentuk keprihatinanku
terhadap kondisi bangsa ini yang mudah sekali tersulut emosi akibat perbedaan
diantara mereka. Perbedaan paham, ras, golongan termasuk agama menjadi pemantik
paling ampuh dalam menyulut emosi bangsa ini. seminggu kemudian lahir pula
tulisan berjudul Inilah manusia terkuat di jagat raya. Sebuah dialog antara
seorang preman dan seorang ustadz yang secara tajam membuka tabir dan menunjukkan bahwa kekuatan
sabar merupakan kekuatan terbesar. Kedua tulisan ini mendapat apresiasi dari
sekitar 70 pembaca.
Dua tulisanku selanjutnya merupakan tulisan terakhirku di bulan
Maret. Khusus untuk dua tulisanku ini, sisi sainsku mulai menampakkaan diri.
Dengan berbekal pengetahuan sedikit tentang fisika inti dan fisika modern buah
selama empat tahun kuliah aku putuskan untuk membuat tulisan yang berjudul Menemukan Kembali Tuhan yang Sempat Hilang. Pada tulisan ini saya coba kritisi paham rasionlisme barat dalam sains
menggunakan pendekatan fisika modern dan faham sufistik. Dengan judul yang
hampir sama, tulisan kedua saya sajikan contoh seorang ilmuwan ateis yangakhirnya menemukan Tuhannya. Total 750 lebih pemirsa telah mengunjungi blogku
selama kurang dari satu bulan.
Hampir dua minggu aku tidak menulis. Capek dan lelah karena sering
bangun malam menjadi alasan utama. Harga menentukan kenyaman, mungkin itulah
kata yang pas untuk menggambarkan kuota internetku. Ya, bermodal pulsa 50.000 aku harus
pintar-pintar memilih paket internet. Agar keberlangsungan nyawa internetku
cukup untuk satu bulan terpaksa aku harus memilih paket yang murah dengan kuota
data yang besar. Maka pilihan satu-satunya adalah memilih paket malam hari. Saat
paket normal telah habis, maka opsi bangun malam satu-satunya jalan keluar.
Sebenarnya ada opsi lain yang bisa diambil yaitu menggunakan fasilitas wifi di
sekolah. Tapi waktunya sangat terbatas terbentur jadwal mengajar. Tak jarang
hanya untuk membuat satu tulisan aku harus bangun pukul 2 malam. Saat orang
asik bercengkrama dengan sang kuasa di waktu paling mustajab, aku justru asik
bercakap-cakap dengan tuts notebookku. Pelajaran pertama, harga tidak pernah
berbohong.
Kejadian hari sabtu tanggal 9 April 2016 memaksaku untuk membuat
tulisan lagi. Guru yang dirindukan menjadi pilihanku untuk menamai tulisan ini.
sebuah bentuk pepeling dari penulis untuk penulis sendiri. Tujuh Puluh
Enam orang tercatat membaca tulisan ini. Tulisan selanjutnya terkait dengan
kebijakan pemerintah DKI untuk menghapuskan sistem 3 in 1 di Ibu Kota, penulis
kemudian meminjam kata “joki” untuk judul tulisan selanjutnya. Sedekah denganMenjadi “Joki” Shalat Berjamaah. Tulisan
berlabel ilmu fikih ini sengaja penulis buat karena masih banyak orang yang
belum mengetahui hukum “Joki” shalat. Masih berhubungan dengan ilmu fikih kali
ini saya membuat tulisan berjudul Beda itu Indah: Menyapu Muka Setelah Selesai Shalat. Tulisan ini dibuat mengingat banyak diantara kita melakukan sesuatu
tanpa tahu dasar hukumnya.
Alhamdulillah dari sekitar 22 tulisan yang telah saya buat, ada
sekitar 830 pelancong yang telah dengan senang hati membaca tulisan tersebut.
Sebuah angka yang bagiku sangat luar biasa. Kakiku sudah jauh melangkah. Aku
seperti menemukan duniaku yang baru. Ah, semoga penyakit lamaku tidak kambuh
lagi. Tidak puas dengan angka tersebut, seperti itulah sifat dasar manusia, aku
pun mulai mencari cara agar blogku bisa SEO friendly. Tersenyum aku menulisnya.
Apa itu SEO friendly. Anda mungkin akan menertawakan saya guru kampung sok
gaul. Dengan dibantu para pecinta ilmu yang tak henti-hentinya berbagi ilmu
pengetahuan, sungguh mulia jasa mereka, aku pun mulai membuat strategi baru.
Dimulai dengan merubah template blogku. Lagi-lagi template free jadi pilihan
utamaku. Vienna Lite 2 aku siapkan sebagai pengganti. Hehe...aku mulai
keranjingan segala hal berbau gratisan. Selanjutnya semua saran dan masukan aku
ikuti. Bagiku para blogger adalah lautan ilmu bagiku. Husnu dzon terhadap
semua saran di mbah google menjadi dasarku untuk berguru. Edit Page Title, menambahkan Meta keyword dan deskripsi, memasang Breadcrumbs, memasang Related Post, Mematikan setting
archive sampai, Menambahkan kode ‘rel=canonical’ menjadi langkahku selanjutnya.
Tak disangka langkahku diatas berbuah manis. Dua tulisanku terakhir
berhasil mengundang banyak orang untuk berkunjung. Setidaknya lebih dari 170
orang berkunjung ke blogku hanya dalam dua hari saja. Suatu pencapaian yang
sangat luar biasa. Bahkan tulisan Cara Efektif Mengatasi Grogi Ala Cristiano Ronaldo menjadi tulisan yang paling banyak dibaca. Tak mau kalah dengan kakaknya tulisan terakhirku
sampai saat ini, Setan Lebih Hebat Daripada Kiyai juga berhasil mendapatkan perhatian
lebih dari pembaca.
Alhamdulillah genap 1000 pembaca berkenan berkunjung ke blogku
bahkan lebih. Sampai tulisan ini dibuat angka 1042 pemirsa tercatat dalam
statistikku.
Pengalaman luar biasa selama satu bulan berkenalan dengan dunia
blog. Dari nol pemirsa sampai seribu pemirsa, From Zero To One Thousand.
Sekali lagi bukan untuk berbangga diri tulisan ini dibuat. Semata-mata hanya
berbagi pengalaman dari seorang guru kampung yang tak ada pengetahuan sama
sekali tentang dunia blog-blogan apalagi menulis. Keinginan yang kuat untuk
berubah merupakan kunci dasar untuk bisa berubah. Bukankah Allah sendiri yang
mengatakannya dalam Al-Quran. “Sesungguhnya Allah tidak akan merubah nasib
seseorang, sampai orang itu sendiri yang merubahnya”. Kalau ada niat dan
ketetapan hati insya Allah Alam akan mendukung kita. Mestakung (Semesta
Mendukung), kata yang populer di dunia fisika Indonesia. Adalah Yohannes Surya
yang telah mendengungkannya. Tidak ada yang tidak mungkin. Mari berubah! Mari
menulis! Mari berkarya! Mari berbagi!
0 Response to "From Zero to One Thousand (Dari Nol Menuju Seribu Pembaca)"
Posting Komentar