Setan Lebih Hebat dari Kiyai
Diceritakan di dalam
mesjid di sebuah desa di negeri antah berantah para jema’ah sedang
khusyu melaksnakan shalat dzuhur berjama’ah. Shalat berjama’ah dipimpin oleh
seorang kiyai yang terkenal shaleh dan wara.
Setelah selesai
shalat dan zikir bersama, jemaah pun membubarkan diri. Sebagian ada yang
pulang ke rumahnya masing-masing ada pula yang melanjutkan kesibukannya
masing-masing. Tinggallah pak kiyai sendiri di dalam mesjid sedang melanjutkan
zikirnya. Setelah selesai zikir pak kiyai pun bergegas hendak pulang ke
rumahnya. Ketika sampai di terlas mesjid, terlihat ada seorang jemaah shalat
dzuhur yang sedang mondar-mandir di luar mesjid sambil tak henti-henti matanya memperhatikan
setiap pojok mesjid. Sepertinya ada yang sedang ia cari.
“Hmmmm...perasaan
tadi saya simpan di sini, tapi kok gak ada ya.” Gumamnya, sambil terus
menyalahkan dirinya sendiri. “Ah, mungkin ada orang lain yang telah
mengambilnya,” pikirnya lagi. “tapi mustahil ada jemaah lain yang
mengambil sendalku, selama ini belum pernah aku kehilangan sendal saat shalat
berjamaah.” Tepisnya menghilangkan perasangka buruk di dalam pikirannya. “Selain
memang penduduk disini sudah paham dan mengerti hukum dan konsekwensi perbuatan
mencuri, siapa juga yang tertarik sama sendalku yang jeleknya minta ampun,”
sanggahnya lagi. Rupanya jemaah tersebut kehilangan sandalnya.
Setelah lama mencari,
sendal pun tak kunjung ditemukan. Akhirnya, dengan wajah malu dan segan ia pun
memberanikan diri bertanya kepada sang kiyai. Bukan tanpa alasan karena memang
pak kiyai adalah orang terakhir yang keluar dari mesjid. Mungkin saja pak kiyai
melihat sandalnya atau paling tidak melihat orang yang memakai, pikir jamaah
tersebut.
“Maaf pak kiyai, saya
mau bertanya. Mungkin pak kiyai melihat sendal saya?” tanya si jemaah.
“tidak saya tidak
melihatnya, memang kamu tadi nyimpennya dimana?” sang kiyai balik bertanya.
“tadi sih perasaan
saya nyimpennya di pojok situ pak kiyai, tapi pas tadi dilihat tidak ada. Lupa
lagi pak kiyai.” Jawab jemaah.
“duh bagaimana ini
teh, kamu yang make dan nyimpennya saja tidak tahu, apa lagi saya”, tukas
pak kiyai sambil melangkah pulang.
Mendengar jawab
begitu dari sang kiyai, si jamaah pun kemudian termenung sambil mengingat-ingat
kembali dimana sendal kesayangannya disimpan. Lama merenung, tak terasa waktu
shalat ashar pun tiba. Berdatanganlah jemaah yang lain hendak melaksanakan
shalat ashar berjamaah.
“kebetulan nih,
mungkin saja sendalku tertukar dengan jamaah yang lain,” pikirnya sambil
bertanya kepada setiap jemaah yang datang. Tapi tak satu pun jemaah yang
mengetahui keberadaan sang sendal jepit.
Setelah usahanya
gagal, akhirnya jemaah itu pun menyerah. Ia kemudian pergi mengambil air wudhu
untuk bergabung dengan jemaah lain melaksanakan shalat ashar berjamaah. Kali
ini shalatnya tidak khusyu. Pikirannya masih tertuju pada sendal satu-satunya.
Tiba-tiba terlintas dalam pikirannya, ia baru ingat bahwa sendalnya ia simpan
di samping bedug. Setelah selesai shalat ia tidak menunda-nunda lagi ia
langsung bergegas menuju bedug di samping sebelah utara mesjid.
Benar saja ternyata
sendalnya sedang duduk manis menunggu yang empunya menjemputnya. Dengan wajah
terkejut bercampur senang ia pun kemudian berkata:
“ Ah, ternyata
Setan memang lebih hebat daripada kiyai. Pak kiyai mah ditanya dimana sendal
tidak tahu. Tapi setan tidak ditanya pun dia langsung ngasih tahu dan tidak
salah”
Silakan baca Juga artikel berikut!
Sedekah dengan menjadi "Joki" Shalat Berjamaah
Cara Efektif Mengatasi Grogi Ala Cristiano Ronaldo
Silakan baca Juga artikel berikut!
Sedekah dengan menjadi "Joki" Shalat Berjamaah
Cara Efektif Mengatasi Grogi Ala Cristiano Ronaldo
0 Response to "Setan Lebih Hebat dari Kiyai"
Posting Komentar