Mengapa Membuat Hujan Buatan Menggunakan Garam?
Hujan buatan adalah hujan yang
terjadi karena ada usaha untuk merekayasa agar terjadi hujan. Untuk merekayasa
hujan ini, biasanya kita akan menaburkan garam ke dalam kumpulan awan. Lalu mengapa harus
garam yang ditaburkan? Yuk kita temukan jawabannya pada pembahasan berikut.
Awan sebenarnya telah mengandung
uap air, hasil penguapan dari laut, sungai, danau dan dari tumbuhan. Namun,
kandungan uap air masih di bawah titik jenuh sehingga tidak terjadi kondensasi
membentuk air hujan.
Yang dimaksud titik jenuh adalah
kandungan maksimum uap air yang diijinkan di udara agar tetap stabil menjadi
uap air dan tidak berubah fase menjadi fase cair. Titik jenuh tersebut
bergantung pada suhu dan tekanan udara. Makin tinggi suhu udara maka titik
jenuh terjadi pada kandungan uap air yang lebih tinggi, dan sebaliknya.
Kalau kita mendengar kelembaban
udara 80% artinya kandungan uap air masih 80% dari titik jenuh dan tidak akan
terjadi hujan. Titik jenuh adalah kondisi ketika kelembanan udara sama dengan
100%. Jika tiba-tiba kelembaban di atas 100% maka kondisi menjadi tidak stabil.
Kelebihan uap air sebanyak 20% akan mengalami perubahan fase menjadi zat cair
sehingga kelembaban akhir udara maksimal 100%. Dengan demikian, agar terjadi
kondensasi dan hujan, maka suhu awan harus turun sehingga kelembaban uap yang
semula di bawah titik jenuh menjadi di atas titik jenuh (ingat makin rendah
suhu maka kandungan uap air yang bersesuaian dengan titik jenuh makin kecil).
Kelebihan kelembaban itu akan berubah menjadi cair dan turun sebagai hujan.
Mekanisme terbentuknya
titik-titik zat cair dari uap disebut nukleasi. Sebenarnya molekul sering
bertabrakan dan membentuk kumpulan molekul. Namun jika ukuran kumpulan molekul
kurang dari jari-jari kritis maka kumpulan tersebut kembali menjadi molekul
terpisah. Jari-jari kritis ditentukan oleh energi permukaan dan energi Gibbs
zat cair. Energi permukaan cenderung memecah kumpulan molekul sedangkan energi
Gibbs cenderung menyatukan molekul. Kompetisi dua energi tersebut yang
menentukan jari-jari kiritis. Ketika secara tiba-tiba ukuran kumpulan molekul
lebih besar dari jari-jari kiritis maka ukuran kumpulan tersebut bertambah
terus (tumbuh) hingga membentuk tetes air yang besar. Proses ini ditunjukkan
oleh Gambar 1.65.
Jika kandungan air di awal selalu
lebih rendah daripada titik jenuh maka tidak akan terjadi hujan. Kondisi inilah
yang terjadi saat musim kemarau. Pancaran sinar matahari sangat menentukan
kondisi tersebut. Suhu atmosfer yang tinggi dan penguapan yang rendah menjadi
faktor utama penyebab tidak tercapainya titik jenuh uap air di awan. Dalam
kondisi demikian pembuatan hujan buatan merupakan satu langkah untuk mengurangi
efek kekurangan air. Proses pembuatan hujan buatan dilakukan dengan menyebar
garam di awan yang mengandung cukup banyak uap air. Setelah menunggu beberapa
saat maka di lokasi tempat garam disebar terjadi hujan yang umumnya sangat
local.
Apa efek pemberian garam?
Garam akan terurai menjadi
ion-ion. Ketika ion masuk ke dalam kumpulan molekul air maka sebagian molekul menjadi
bermuatan positif dan sebagian menjadi bermuatan negatif. Molekul yang telah
terionisasi tersebut menghasilkan tarikan tambahan pada molekul. Dengan
demikian, pada kasus ini yang berperan menyatukan molekul menjadi dua: energi
Gibbs dan gaya tarik listrik akibat tarikan molekul yang terionisasi. Ini
berakibat jari-jari kritis bagi terbentuknya droplet menjadi lebih kecil.
Proses ini sering disebut “ion-induced nucleation”. Dengan demikian, hujan
lebih mudah terjadi.
Prinsip serupa telah digunakan
oleh ahli fisika pawa awal abad 20 untuk mendeteksi keberadaan partikel
elementer melalui ruang berawal (cloud chamber). Suatu ruang diisi dengan uap
air yang mendekati titk jenuh. Uap persebut sudah siap untuk mengalami
kondensasi menjadi titik-titik air. Ketika ada partikel bermuatan yang melintas
dalam ruang tersrbut maka sepanjang lintasan terjadi kondesasi karena mekanisme
ion-induced nucleation. Prosesnya sama dengan pembentukan hujan buatan di mana titik
air terbentuk karena pemberian garam. Jika dalam ruang tersebut juga diberikan
medan listrik maka lintasan partikel membelok akibat gaya listrik. Berdasarkan
arah pembelokan tersebut maka jenis muatan partikel partikel dapat ditentukan.
Gambar 1.66 adalah contoh cloud
chamber beserta lintasan yang dihasilkan. Cloud chamber diperkenalkan oleh
Charles Thomson Rees Wilson dari Skotlandia. Wilson menerima hadiah Nobel
Fisika tahun 1927 atas penemuan ini. Dengan alat ini telah ditemukan positron
(electron bermuatan positif) oleh Carl David Anderson tahun 1932. Keberadaan positron
telah diramalkan secara teori oleh ahli fisika Inggris Paul Dirac tahun 1928
dan baru ditemukan empat tahun kemudian oleh Anderson. Atas penemuan ini,
Anderson menerima hadiah Nobel Fisika tahun 1936.
0 Response to "Mengapa Membuat Hujan Buatan Menggunakan Garam?"
Posting Komentar