Pembahasan Soal SKI Kelas VIII Bab II Kejayaan Intelektual Ilmuwan dan Ulama Islam Daulah Abbasiyah KMA 183 2019
Pilihan Ganda
Soal 1
Nama lengkapnya Abu Ali Al-Husayn bin Abdullah bin Ali bin Sina, orang Arab memberinya gelar Syaikhurrais. Ia bukan hanya menguasai Al-Qur’an dan Hadits akan tetapi ia juga mempelajari matematika, astronomi, filsafat dan lainnya. Dalam disiplin ilmu umum, ia merupakan pakar dan ahli dalam bidang ....
a. Astronomi
b. Kedokteran
c. Matematika
d. Tafsir Al-Qur’an
Pembahasan: A
Nama lengkapnya Abu
Ali Al-Husayn bin
Abdullah bin Ali bin Sina.
Orang Arab memberinya
gelar Syaikhurrais
(pemimpin orang
terpelajar). Lahir pada
tahun 980 M, dan wafat tahun 1037 M. dianugrahi dengan kemampuan luar
biasa untuk menyerap dan memelihara pengetahuan, sarjana Islam dari Persia
ini membaca buku-buku di perpustakaan besar milik raja dan pada usia 21
tahun mulai menulis buku.
Sebagai dokter, Ibnu Sina lebih suka tindakan preventif daripada kuratif
dan selalu menguatkan aspek rohani dan jasmani pasien dalam pengobatannya.
Dalam pandangannya, makanan, minuman, temperatur, polusi udara, limbah,
keseimbangan pikiran dan gerak tubuh mempunyai pengaruh terhadap
kesehatan manusia. Semua yang dikatakan Ibnu Sina terbukti dan menjadi
masalah utama atas kesehatan manusia saat ini.
Karya-karya Ibnu Sina dalam bidang ilmu kedokteran antara lain :
- Al-Qanun Fi Thibb : yang artinya “dasar-dasar ilmu kedokteran”.
Buku ini
berabad-abad telah menjadi buku yang menguasai dunia pengobatan di Eropa
dan menjadi buku sumber kedokteran di Prancis. Di dalam buku ini
menjelaskan tentang pembengkakan pada paru-paru dan mengenali potensi
penularan wabah penyakit saluran pernafasan, asma dan TBC melalui
pernafasan dan penyebaran berbagai penyakit melalui udara dan air. Obatobatan yang disebut dalam buku ini tidak kurang dari 760 macam obat untuk
beragam penyakit.
- As-Syifa : berisi tentang cara pengobatan, termasuk tentang pengobatan
penyakit syaraf.
Soal 2
Filusuf pertama sebelum Islam dan merupakan representasi seorang murid Aristoteles (Filusuf Yunani) dikenal dengan nama ....
a. Ibnu Sina
b. Al-Farabi
c. Al-Kindi
d. Jabir bin Hayyan
Pembahasan: C
Soal 3
Berikut yang bukan termasuk kedalam ibrah dari perkembangan dan kemajuan peradaban dan kebudayaan Islam masa Daulah Abbasiyah adalah ....
Pembahasan: C
Al-Kindi atau yang bernama lengkap Abu Yusuf Ya’qub bin Ishaq bin
Sabah Al-Kindi, seorang putra Gubernur yang lahir di Kuffah sekitar tahun
801 M lalu menetap dan meninggal di Baghdad, Irak pada tahun 873 M. Di
barat ia dikenal dengan nama Al-Kindus. Ia hidup pada masa pemerintahan
khalifah Al-Amin, Al-Ma’mun, Al-Mu’tashim, Al-Watsiq, dan AlMutawakkil. Karena merupakan keturunan asli Arab, maka ia memperoleh
gelar “Filusuf Arab”, dan ia memang merupakan representasi pertama dan
terakhir dari seorang murid Aristoteles (Filusuf Yunani) di dunia timur yang
murni keturunan Arab.
Al-Kindi lebih dari seorang filusuf, ia ahli perbintangan, kimia, ahli mata,
dan musik. Tidak kurang dari 361 buah karya ilmiah ditulisnya. Namun
sayangnya kebanyakan dari karya-karnya itu tidak bisa ditemukan. Diantara
karya filsafatnya adalah “Risalah fi Madkhal al-Mantiq bil Istifa al-Qaul Fih”
sebuah pengantar lengkap logika.
Lewat karyanya Al-Kindi berusaha menjelaskan hubungan agama dengan
filsafat, ia mengatakan antara filsafat dengan agama tidak ada pertentangan
dan tidak perlu dipertentangkan, karena keduanya sama-sama mencari
kebenaran. Titik temu pada kebenaran inilah yang kemudian menyebabkan
banyak ilmuan muslim dan lainnya mengkaji pemikiran filsafat YunaniRomawi sehingga filsafat menjadi salah satu hasil dan bentuk pemikiran
ilmuan muslim yang cemerlang.
Berikut yang bukan termasuk kedalam ibrah dari perkembangan dan kemajuan peradaban dan kebudayaan Islam masa Daulah Abbasiyah adalah ....
a. kemajuan peradaban dan kebudayaan daulah Abbasiyah merupakan warisan para pendahulu mereka b. puncak kejayaan intelektual dan peradaban Islam masa daulah Abbasiyah menjadikan umat Islam
dipandang dan diperhitungkan oleh dunia hingga saat ini
c. kekuatan tekad dan kesungguhan mengembangkan ilmu pengetahuan menghantarkan daulah
Abbasiyah mencapai puncak keberhasilan dan kejayaan
d. perubahan sistem pemerintahan dari monarki ke demokrasi berdampak pemberian ruang masyaakat
untuk berinovasi
Pembahasan: A
Soal 4
Seorang pemikir muslim ternama Abu Hamid bin Muhammad bin Muhammad AlGhazali At-Tusi yang wafat pada tahun 1111 M. Karena kedalaman ilmu dan kasalehannya ia diberi gelar oleh dunia Islam dengan ....
a. Syaikuhl Islam
b. Hujjatul Islam
c. Malikul Islam
d. Raisul Islam
Pembahasan: B
Soal 5
Di Barat, Jabir bin Hayyan ahli kimia muslim pertama lebih dikenal dengan sebutan ....
Pembahasan: B
Imam Ghazali memiliki nama lengkap
Abu Hamid bin Muhammad bin
Muhammad Al-Ghazali At-Tusi, bergelar
Hujjatul Islam yang artinya orang yang
memiliki kewenangan/otoritas atas Islam.
Di lahirkan di Thusi, Khurasan pada tahun 1059 M dan wafat tahun 1111 M. Guru Imam Ghazali
adalah Al-Imam Haramain Al-Juwaini, seorang ulama besar dan mengajar di
Madrasah An-Nidzamiyah, Baghdad, Iraq.
Imam Ghazali memiliki karakter tekun, rajin, teliti, dan cerdas sehingga
banyak disiplin ilmu yang dikuasainya. Di antaranya seperti, ilmu kalam,
fiqih, teologi, filsafat, kimia, matematika dan lain sebagainya.
Imam Ghazali berhasil menulis sekitar dua ratus kitab. Di antara karyanya
yang masyhur adalah :
- Tahafutut Falasifah (kerancuan filsafat) : sebuah kitab yang membahas
tentang filsafat Islam
- Ihya ‘Ulumiddin : kitab tasawuf yang membahas tentang kaidah dan prinsip
dalam menyucikan jiwa yang membahas tentang penyakit hati, pengobatannya
dan mendidik hati. Kitab ini merupakan karya yang paling terkenal dari Imam
Ghazali.
Di Barat, Jabir bin Hayyan ahli kimia muslim pertama lebih dikenal dengan sebutan ....
a. Gabi
b. Genta
c. Geri
d. Geber
Pembahasan:
Setelah ilmu kedokteran, filsafat, astronomi, dan matematika, ilmuan muslim
dalam bidang kimia memberikan peran besarnya terhadap pradaban Islam masa
Daulah Abbasiyah. Adalah Jabir bin Hayyan, dikenal sebagai Bapak kimia muslim
pertama. Dunia barat menyebutnya dengan Geber.
Jabir bin Hayyan bin Abdullah Kufi,
dilahirkan di desa Thus-Khurasan kemudian
menetap di Kuffah sekitar tahun 776 M. Ia
merupakan tokoh besar dalam bidang ilmu
kimia pada abad pertengahan. Dalam
beberapa riwayat Jabir bin Hayyan pernah menimba ilmu kepada putera mahkota Daulah Umayyah Khalid bin Yazid bin
Muawwiyah dan Imam Ja’far As-Shadiq.
Penguasaannya terhadap ilmu kimia membawanya menjadi seorang ahli kimia
yang termasyhur di zamannya. Pendapatnya yang terkenal dalam presfektif
keilmiahannya adalah bahwa logam biasa seperti seng, besi, dan tembaga dapat
diubah menjadi emas, atau perak dengan formula misterius, yang untuk
mengetahuinya ia telah banyak menghabiskan waktu. Jabir bin Hayyan juga
menggambarkan secara ilmiah dua operasi utama kimia: kalnikasi dan reduksi
kimiawi. Ia memperbaiki beberapa motode penguapan, sublimasi, peleburan, dan
kristalisasi.
Buku-buku yang menggambarkan kecerdasan dan penguasaanya terhadap
ilmu kimia seperti :
- Ar-Rahmah : buku cinta
- Al-Tajmi : buku tentang konsentrasi
- Al-Zibaq Al-Sayrqi : Air Raksa Timur
Soal 6
Ismail bin Umar bin Katsir Al-Qurasyi Al-Bushrawi memang lebih dikenal dengan karya tafsir Qur’annya yang masyhur dan banyak diringkas oleh para ulama. Ia juga ahli dalam bidang sejarah kehidupan Nabi, karya hebatnya dalam bidang ini adalah ....
a. Bidayah wa Nihayah
b. Jam’i Al-Masanid
c. Jarh wa Ta’dil
d. Tafsir Qur’an Al-Adzim
Pembahasan:
Nama lengkapnya, Imaduddin Isma’il bin Umar bin Katsir Al-Qurasyi AlBushrawi, dilahirkan di Mijdal, sebuah tempat di kota Bashrah pada tahun 701
H/1302 M). Ayahnya, seorang khatib dan meninggal ketika Ibnu Katsir baru
berusia empat tahun. Selanjuntnya, diasuh dan dididik oleh kakaknya, Syaikh Abdul
Wahhab. Pada usia lima tahun diajak pindah ke Damsyik, negeri Syam pada tahun
706 H. Beberapa karyanya yang terkenal adalah:
- Tafsir al-Qur-an, kitab tafsir dengan riwayat, telah diterbitkan berulang kali dan telah diringkas oleh banyak ulama.
- Al-Bidaayah wan Nihayah, terdiri dari 14 jilid, berisi kisah-kisah para Nabi dan umat-umat terdahulu, sirah Nabawiyah, sejarah Islam.
- At-Takmiil fi Ma’rifatis Siqat wa Dhu’afa wal Majaahil. Di dalamnya terangkum dua kitab dari tulisan guru beliau, yaitu al-Mi zzi dan adzDzahabi (Tahdzibul Kamal fi Asma Rijal) dan (Liizan I’tidal fii Naqdir Rijal) dengan disertai beberapa tambahan yang bermanfaat dalam masalah aljarh wat ta’dil.
- Jami’ al-Masanid, berisi Musnad Imam bin Hanbal, A|-Bazzar, Abu Ya’la Al-Mushili, Ibnu Abi Syaibah, beserta Kutubus Sittah. Disusun berdasarkan bab-bab fiqih.
- Thabaqaat asy-Syafi’iyyah, berisi biografi Imam Asy-Syafi’i.
- Sirah Nabawiah, berisi sejarah Nabi Muhammad saw. Dan lain-lain. Menurut Al-Hafizh Ibnu Hajar al-’Asqalani, Ibnu Katsir hilang penglihatan di akhir hayatnya dan wafat di Damaskus, Syam pada tahun 77 4 H/ 1373 M.
Soal 7
Hadits-hadits yang memiliki derajat sahih terkumpul dalam karya kitab hadits sahih yang termasuk kedalam kutubusittah. Kitab hadits yang dimaksud adalah ....
a. Sahih Bukhari
a. Sahih Bukhari
b. Sunan Ibnu Majah
c. Sahih At-Tirmidzi
d. Sunan An-Nasai
Pembahasan: A
Para ulama yang mengembangkan ilmu hadits pada zaman Daulah Abbasiyah
sangat banyak, yang paling menonjol diantara mereka ada enam. Mereka merupakan
pakar hadits yang telah melakukan seleksi ketat terhadap hadits-hadits Nabi
Muhammad Saw. tujuan dari penyelesian tersebut adalah untuk mengetahui sumber
hukum yang benar.
Karya-karya dari enam ulama hadits itu disebut dengan Kutubussittah. Para ulama
hadits tersebut adalah :
Imam Bukhori Sahih Bukhari
Imam Muslim Shahih Muslim
Imam Abu Daud As-Sunnan (Sunan Abu
Dawud)
Imam At-Tirmidzi Sunan Turmudzi
Imam An-Nasa’i Sunan An-Nasa’i
Imam Ibnu Majah Kitab Sunan Ibnu Majah
Adapun kitab yang masuk pada derajat Shahih adalah Shahih Bukhari dan Muslim
Soal 8
Ada empat ulama yang memiliki otoritas menentukan hukum fiqih, salah satu ulama tersebut merupakan pelopor ilmu fiqih dan mengalami hidup masa tabiin. Ulama fiqih tersebut adalah ....
a. Imam Abu Hanafi
b. Imam Maliki
c. Imam Syafii
d. Imam Ibnu Hambali
Pembahasan:
Nu’man bin Tsabit bin Zuta, dikenal sebagai Abu Ḥanifah, lahir di Kufah, Irak
pada 80 H/699 M dan wafat di Baghdad, Irak, 150 H/768 M, sebagai pendiri
Madzhab Hanafi.
Secara keseluruhan, Abu Hanifah hidup selama 70 tahun dalam hitungan
kalender Hijriyah. Dia hidup di masa transisi dua kekuatan besar dalam Dunia
Islam, yakni dari Dinasti Umayyah menuju Dinasti Abbasiyah. Abu Hanifah hidup
di masa pemerintahan Dinasti Umayyah, dan dia menyaksikan bagaimana dinasti ini
mengalami kemunduran dan akhirnya jatuh.
Ia juga hidup di era Abbasiyah, yakni di masa pemerintahan dua khalifah, Abu
al-Abbas Abdullah bin Muhammad as-Saffah (berkuasa 132-136 H / 750-754 M), Khalifah Abbasiyah pertama; dan Abu Jafar Abdullah bin Muhammad Al Mansur
(berkuasa 136-158 H / 754-775 M), Khalifah Abbasiyah kedua.
Abu Hanifah merupakan seorang Tabi’in, generasi setelah sahabat Nabi, karena
pernah bertemu dengan sahabat Nabi, diantaranya bernama Anas bin Malik, dan
meriwayatkan Hadist darinya.
Soal 9
Imam Syafii lahir di Gaza, Palestina. Seorang ulama cerdas, kereatif dan pembaharu dalam hukum-hukum Islam. Imam Syafii menggunakan lima dasar dalam penetapan hukum (Al-Qur’an, Hadits, Ijma’, dan Qiyas). Kelima dasar pengambilan hukum ini kemudian menjadi landsan dalam pengambilan hukum madzhab ....
a. Madzhab Maliki
b. Madzhab Hambali
c. Madzhab Hanafi
d. Madzhab Syafii
Pembahasan: D
Soal 10
Ilmu tafsir mengalami perkembangan sangat pesat, di masa Daulah Abbasiyah bermunculan karya-karya di bidang tafsir yang dapat dikembangkan pada masa mendatang. Pada masa Daulah Abbasiyah ada cara tradisional dalam menafsirkan AlQur’an, cara itu disebut ....
Pembahasan: D
Madzhab Syafii
Ilmu tafsir mengalami perkembangan sangat pesat, di masa Daulah Abbasiyah bermunculan karya-karya di bidang tafsir yang dapat dikembangkan pada masa mendatang. Pada masa Daulah Abbasiyah ada cara tradisional dalam menafsirkan AlQur’an, cara itu disebut ....
a. Tafsir bil Ma’sur
b. Tafsir bil Ra’yi
c. Tafsir Tarjamah
d. Tafsir Tematik
Pembahasan:A
Pada masa Daulah Abbasiyah, ilmu tafsir mengalami perkembangan sangat pesat,
di masa Daulah Abbasiyah bermunculan karya-karya di bidang tafsir yang dapat
dipelajari untuk generasi berikutnya. Pada masa itu metode tafsir mengacu pada dua
cara :
- Cara tradisional atau Tafsir bil Ma’sur yaitu cara menafsirkan ayat-ayat Al-Qur’an dengan fatwa para sahabat Nabi Saw.
- Cara Rasional atau Tafsir bir Ra’yi yaitu penafsiran ayat-ayat Al-Qur’an dengan rasio atau akal.
makasiii luvvv
BalasHapus