Mengenal Lebih Dekat WOLBACHIA Pengendali Virus Dengue Penyebab Demam Berdarah
Wolbachia merupakan salah satu jenis bakteri yang hidup sebagai parasit pada hewan arthropoda dan secara alamiah dapat ditularkan ke lebih dari setengah spesies serangga (Hilgenboecker, Hammerstein, Schlattmann, Telschow, & Werren, 2008). Bakteri Wolbachia juga ditemukan pada sekitar 60 persen spesies serangga, termasuk ngengat, lalat buah, capung, dan nyamuk, namun tidak ditemukan pada nyamuk Aedes aegypti yang selama ini dikenal sebagai vektor penular virus dengue (Tantowarjoyo, 2014). Kemampuan bakteri Wolbachia melibatkan intervensi dalam siklus hidup nyamuk, gangguan pada sistem reproduksi, serta penghambatan replikasi virus dengue dalam tubuh nyamuk (Bian, Xu, Lu, Xie, & Xi, 2010; Jeffery et al., 2009). Oleh karena itu, keberadaan Wolbachia pada nyamuk Aedes aegypti mengakibatkan nyamuk tersebut tidak dapat menyebarkan virus dengue (DeNoon, 2011).
Eliminate Dengue Project (EDP) Global bekerja sama dengan sebuah perguruan tinggi di Australia. Eliminasi Demam Berdarah Indonesia adalah inisiatif penelitian bersama yang dipimpin oleh Fakultas Kedokteran Universitas Gajah Mada dan didanai oleh Yayasan Tahija. Program ini telah melibatkan pelepasan nyamuk Aedes aegypti yang terinfeksi Wolbachia di beberapa komunitas di Yogyakarta sejak Januari 2014, dengan tujuan mengembangkan metode Wolbachia di kalangan populasi nyamuk lokal untuk mengurangi penularan Demam Berdarah Dengue (DBD). Sebanyak lima negara, termasuk Australia, Brasil, Kolombia, Indonesia, dan Vietnam, telah bergabung sebagai bagian dari Proyek Eliminasi Demam Berdarah Global (EDP) (EDP, 2014).
Dampak Wolbachia terhadap Nyamuk Aedes aegypti
Bagan berikut menunjukkan dampak Wolbachia terhadap nyamuk Aedes aegypti
Waktu perkembangan larva pada nyamuk Aedes aegypti yang mengandung Wolbachia menunjukkan perbedaan dengan nyamuk yang tidak mengandung Wolbachia. Pada nyamuk yang terinfeksi Wolbachia, perkembangan larva membutuhkan waktu 11 hari, sementara pada nyamuk tanpa infeksi Wolbachia membutuhkan waktu 12 hari. Selain itu, terdapat perbedaan ukuran sayap pada nyamuk betina yang terinfeksi Wolbachia, yang memiliki ukuran sayap lebih besar 2,58% dibandingkan dengan nyamuk yang tidak terinfeksi (Dutra HLC et al, 2016).
Selanjutnya, rata-rata jumlah larva yang dihasilkan oleh nyamuk betina yang terinfeksi mengalami penurunan sebesar 15% pada siklus kedua, dan penurunan sebesar 40% pada siklus kelima. Hal ini terkait dengan kesulitan nyamuk betina dalam menghisap darah (McMeniman CJ et al, 2010). Kesulitan ini disebabkan oleh melemahnya probosis nyamuk, sehingga untuk menghisap darah diperlukan gigitan yang berulang (Moreira LA et al, 2009). Sebaliknya, penelitian lain menyebutkan bahwa infeksi Wolbachia justru menyebabkan peningkatan jumlah telur yang diletakkan oleh nyamuk betina, yang terjadi karena ketidaklengkapan CI (Areerate TR dan Kittayapong P, 2006).
Dampak Wolbachia terhadap Virus Dengue
Sementara dampak Wolbachia terhadap virus Dengue dapat dilihat pada bagan berikut:
Dampak Wolbachia terhadap virus dengue mencakup beberapa aspek, antara lain: Wolbachia memanfaatkan microRNAs dari inangnya untuk memanipulasi gen nyamuk, mengakibatkan pengurangan dalam jumlah virus dan salinan RNA, mencegah virus bertahan dalam nyamuk yang terinfeksi Wolbachia, menghambat infeksi virus pada manusia, berperan dalam perlindungan antivirus terhadap berbagai virus RNA, dan memblokir transmisi dengue serotipe 2.
Adapun dampak Wolbachia terhadap ekosistem melibatkan berbagai aspek, seperti efektivitas invasi Wolbachia yang meningkat ketika sering dipindahkan, penyebaran Wolbachia yang lebih mudah terjadi saat populasi nyamuk sedikit, penurunan tingkat kelangsungan hidup nyamuk yang menghambat invasi meskipun tingkat persilangan CI (incompatibility) tinggi, perbedaan sitoplasma yang terjadi setelah 2 tahun infeksi pada siklus gonotropik, invasi nyamuk lokal oleh nyamuk ber-Wolbachia yang mampu menghilangkan populasi Aedes aegypti, dan terjadinya dampak ekologi negatif karena transfer horizontal Wolbachia yang berpengaruh pada perubahan ekosistem.
Sumber: Irfandi, A. (2018). Kajian Pemanfaatan Wolbachia Terhadap Pengendalian DBD (Studi Literatur dan Studi Kasus Pemanfaatan Wolbachia di Yogyakarta). In Forum Ilmiah (Vol. 15, No. 2, pp. 276-289).
0 Response to "Mengenal Lebih Dekat WOLBACHIA Pengendali Virus Dengue Penyebab Demam Berdarah"
Posting Komentar